Buku ini menjadi penting karena setidaknya memperkenalkan dua hal. Pertama, Tjokroaminoto dikenalkan sebagai tokoh yang sejarah hidupnya tumbuh dalam tradisi Islam yang baik. Tjokro bukan tokoh kemarin sore yang memahami Islam secara instan dan dadakan. Ia belajar Islam sejak kecil di pesantren-pesantren yang menjamin bahwa ia memahami Islam cukup baik. Narasi ini dimunculkan untuk menolak anggapan tokoh yang pernah jadi mertua sekaligus guru Sukarno ini hanya memahami Islam di permukaannya saja. Kedua, buku ini memperkenalkan bahwa di antara kekuatan Tjokroaminoto adalah kemampuannya menyusun strategi gerakan yang baik dan modern; alih-alih mengandalkan karisma mitosnya sebagai “Ratu Adil”. Ia adalah orang yang paham terhadap masalah bangsa yang tengah dihadapinya secara rasional. Ia juga paham bagaimana membangun organisasi dan gerakan agar menjadi kekuatan untuk mewujudkan cita-cita dan misinya memerdekakan bangsanya dari cengkraman penjajah.
(Dr. Tiar Anwar Bachtiar)
Incoming search terms:
- Apakah Hos Tjokroaminoto memiliki pesantren?