Buku ini menawarkan suatu Kritik Kebudayaan berlandaskan pemikiran Al-Attas mengenai tasawuf dan tragedi, yang berbeda dari (meski bisa beririsan dengan) tradisi kritik kebudayaan di Barat seperti Kulturkritik atau Cultural Studies. Untuk mencapainya, pemikiran Al-Attas tentang kebudayaan Islam dan Barat dalam karya-karyanya sejak tahun 1970-an akan dieksplisitkan. Hasilnya adalah suatu Kritik Kebudayaan yang relevan bagi kita untuk membaca problem kebudayaan secara lebih luas lagi. Temuan tersebut lantas diproyeksikan pada dua studi kasus di penghujung abad 20, yakni (1) dinamika pemikiran dan aktivisme umat Islam sejak Perang 6 Hari di Jazirah Arab, yang berdampak pada radikalisasi pemikiran kaum tekstualis, modernis, dan sekular yang dikritik Al-Attas; dan (2) tesis “Masyarakat Risiko” oleh sosiolog-filsuf Barat kontemporer, Ulrich Beck, George Ritzer, dan Zygmunt Bauman, sebagai radikalisasi personifikasi Sisifus dalam kritik Al-Attas.
—–
“Wacana tragedi dalam filsafat, kesenian, dan kesusasteraan Barat membutuhkan kritik kebudayaan penuh kesadaran dari tasawuf. Buku yang ditulis Ismail Al-‘Alam ini membuka kisah baru tentang kebutuhan itu.”
(Chavchay Syaifullah, Sastrawan dan Budayawan; Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta)
“Kritik kebudayaan ini bisa memberi panduan bagi muslim untuk menempatkan secara baik dan tepat ihwal gagasan-gagasan mendasar terkait identitas, keterhubungan eksistensi manusia, alam dan Tuhan, serta kesatuan Wujud yang menjadi dasar ontologis tauhid seorang muslim. Pada titik mendasar inilah buku Ismail Al-‘Alam ini memiliki relevansi.“
(Irfan Afifi, Budayawan; Pendiri Langgar.co; Alumnus Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta)